anggaran yang dijalankan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto bersifat brutal alias tidak direncanakan dengan baik. Dampaknya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di 2025. Efisiensi anggaran ini diperuntukkan untuk program-program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), namun dinilai belum dikelola secara ideal.
Target Pertumbuhan Ekonomi 2025 Hanya 4,7%
Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, mengatakan pihaknya hanya memasang target 4,7% untuk pertumbuhan ekonomi 2025. Hal ini disebabkan pemangkasan anggaran yang dinilai akan berdampak signifikan terhadap belanja pemerintah, baik di level pusat maupun daerah.
Dampak Pemotongan Anggaran pada Pelayanan Publik dan Investasi
Bhima mengkhawatirkan pemotongan anggaran ini akan mengganggu pelayanan publik dan bahkan menghambat investasi masuk. Terlebih jika efisiensi dialihkan ke program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang pengelolaannya dinilai belum ideal.
Pemotongan Anggaran yang Dianggap Blunder
Bhima setuju jika anggaran yang perlu dipotong adalah hal-hal seperti perjalanan dinas, pengadaan ATK, hingga pembelian mobil dinas baru. Namun, jika pemotongan sudah mengusik anggaran program, ia menilai hal itu sebagai sesuatu yang blunder untuk pertumbuhan ekonomi.
Efisiensi Anggaran Berpotensi Gerus Kualitas Layanan Dasar
Senada dengan hal tersebut, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rizal Taufikurohman, mengatakan jika tidak ada perencanaan yang matang, efisiensi anggaran ini justru punya potensi menggerus kualitas layanan dasar. Utamanya di sektor vital seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Target Penghematan Anggaran Rp 750 Triliun
Terbaru, Prabowo menargetkan penghematan anggaran hingga Rp 750 triliun yang dilakukan sebanyak tiga putaran. Penghematan itu termasuk yang akan dilakukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui dividen yang ditargetkan mencapai Rp 300 triliun, di mana Rp 200 triliunnya digunakan untuk negara dan Rp 100 triliun dikembalikan ke BUMN.
(D/S)